Cincin Saturnus

22:44 immobulus 0 Comments


S. jari manisnya mulai menghentakkan diri ke keyboard. Kelingking ingin segera menyusul, dan dilanjutkan dengan telunjuk. S-A-T. Tiga huruf telah tampil dimonitor dan siap menampilkan huruf selanjutnya. Sang pemilik jari melihat ke arah monitor. Masih tiga huruf yang tampak, belum ada ketukan dari jari-jari yang lain. Menghela napas sejenak, menggerakkan jari atas perintah otak sepertinya cukup sulit untuk saat ini. Pemilik jari menghela napas lagi, entah dia butuh berapa tarikan napas lagi agar jarinya bisa bergerak.

Tatoeba ne namida ga koboreru hi ni waAlunan nada dering pemilik handphone sejenak menghentikan tarikan napasnya. Layar handphone  menampilkan delapan huruf yang sangat dikenalnya. s-a-t-u-r-n-u-s. Pemilik handphone membiarkan saja handphone-nya bernyanyi, sampai pada lirik terakhir Tashika na imi wo sagashite egao mitsuketai (Aku ingin menemukan senyuman). 

Layar handphone kembali bernyanyi, tapi kali ini hanya nada singkat pertanda ada SMS. "Sudah tidur yaa, maaf akhir-akhir ini aku jarang menghubungi, balas SMS ini jika sudah bangun". Pemilik handphone masih diam, mungkin sedang memikirkan kata-kata untuk membalas pesan itu. Tapi, ahhh sepertinya pemilik handphone masih kesal. Kesal karena sudah tiga puluh empat hari si pengirim pesan yang bernama Saturnus tidak memberi kabar. Kesal karena puluhan panggilan dan SMS-nya tida dibalas. Bahkan sekarang si pemilik handphone baru mengetik email dan akan mengirimkannya, namun jarinya terhenti ketika mengetik barisan huruf nama pemilik email yang dituju.

***

"Kok cemberut terus? Masih ngabek ya. Hmmm... tidak berubah"
"Terus saja tidak memberi kabar, jangan harap bisa bertemu lagi."
"Wahhh... Maaf.. maaf...Ini pakailah". Saturnus memberikan kotak kecil berwarna biru kesukaan Zes.
"Apa ini."
"Cincin, pakailah. Kamu tidak suka kan kalau tanganmu aku pegang, pakailah sendiri cincin itu."Saturnus tersenyum lebar menampakkan giginya yang putih dan berjejer rapi. "Aku tidak tahu cara romantis  memberikan cincin untuk melamar seorang wanita."
"Apa? Melamar?"
"Kenapa? Kamu tidak suka?"
"Ummm. I don't know. Bahkan kita belum memulai hubungan apapun. Lagi."
"I know. Aku ingin memulai lagi dengan cara yang terbaik."

Hening

"Saturnus, aku tidak bisa. Maksudku belum sekarang saatnya, masih banyak hal-hal yang belum aku selesaikan, masih banyak mimpi yang belum aku capai."
"Kita bisa mewujudkannya bersama Zes. Percayalah."
"Dengan mengikutimu tinggal di Paris? Oh Saturnus, bahkan aku tidak suka berlama-lama di luar negeri"
"Bukankah kamu suka Paris?"
"Hanya untuk bulan madu bukan untuk menetap disana. Maaf."

Pesanan makanan mereka sudah sampai. Tempat ini sangat romantis, juga menjadi tempat favorit mereka. Restoran di lantai dua dengan kaca sebagai pembatasnya. Mereka bisa langsung menatap langit yang saat ini menampakkan warna biru terbaiknya. Tapi, seolah gradasi biru itu berangsur angsur memudar kemudian menjadi gelap. Seperti suasana hati dua insan yang sedang terlibat pembicaraan serius saat ini. 

Makanan di restoran ini juga terkenal kelezatannya. Tapi, terasa hambar untuk mereka berdua. Entahlah, mungkin mereka sedang berada dalam suasana galau stadium lanjut. Mereka juga tampak sangat canggung. Bagaimana tidak, untuk pertama kali mereka baru bertemu setelah tiga tahun yang lalu memutuskan berpisah. Dan baru enam bulan yang lalu mereka berkomunikasi lagi via handphone, tapi sangat jarang karena Saturnus jauh lebih sibuk daripada ketika mereka masih berpacaran.

"Zes, aku ingin terus menatapmu dengan cara yang halal." Saturnus memulai percakapannya lagi setelah menyelesaikan suapan pertama. "Dulu kita sepakat mengakhiri hubungan agar fokus menyelesaikan pendidikan, kemudian melanjutkannya kembali setelah kita siap untuk lebih serius. Menikah."
"Tapi ini ...."
"Aku mengerti, aku bisa menunggu sampai kamu siap."
"Tapi... Saturnus. Aku menyukai status kita saat ini, aku lebih suka kita berteman. Menjadi teman baik."
"Apakah kamu mencitai orang lain?"
"Mau tahu saja hahaaa." Zes menjulurkan lidahnya sambil tersenyum riang. Kemudia Saturnus menarik rambut Zes. Kebiasaan mereka ketika pacaran dulu. "Pulang yok, makanan sudah habis, mau dimakan sama piring-piringnya apa? Ini simpan saja cincinnya buat istri kamu nanti"
"Tapi kita masih bisa bertemu kan?"
"Lihat saja nanti." Zes kembali menjulurkan lidahnya dan Saturnus bersiap-siap menarik rambut Zes lagi. Kemudian mereka tertawa.

Tapi, Zes diam-diam telah jatuh cinta dengan orang lain. Orang yang membuat dia lebih positif. Entahlah, itu hanya sugesti atau memang benar-benar cinta, yang aku tahu sejak berpisah dengan Saturnus, Zes tidak memiliki teman spesial dan sampai sekarang Zes masih sendiri. Walaupun ada banyak planet yang mengitarinya, Zes tidak terlalu mempedulikan mereka. Yang Zes pikirkan saat ini hanya orang tuanya, cita-citanya dan orang yang akan membantu mewujudkan cita-citanya. Lalu, siapa aku yang sok tau semua tentang Zes? Hahahaa...

Aku adalah liontin biru yang menggantung di leher Zes dan sangat dekat dengan hatinya. 





You Might Also Like

0 comments: