Baco be dulu

20:09 immobulus 0 Comments

     Tiada kebahagiaan luar biasa di hari minggu selain melihat tawa ceria mereka. Meyakinkan mereka tenteng masa depan yang indah dan penuh warna. Mengajarkan apapun yang kami ketahui untuk menambah wawasan mereka dan janji kehidupan yang lebih baik.

     Minggu ini, sama seperti minggu-minggu sebelumnya sejak aku bergabung dengan komunitas ini, tugasku adalah bercerita dan sedikit mengajarkan bahasa asing. Aku selalu bersemangat untuk urusan bercerita. Tidak perlu menyiapkan "materi ajar" seperti mengajar bahasa asing. Secara spontan aku bisa menceritakan sesuatu, dan biasanya ide-ide ceritanya langsung dari request anak-anak disini, atau kejadian-kejadian yang tidak terduga yang baru saja terjadi bisa menjadi bahan ceritanya.

     Aku bisa memahami emosi mereka lewat cerita. Berbagi beban hidup yang hinggap di punggung mereka sejak usia belia, sangat belia. Binar mata mereka ketika mendengarkanku mengatakan sesuatu, semakin menambah semangatku untuk mengajarkan lebih lebih lebih banyak lagi. Diusia mereka saat ini, harusnya mereka menghabiskan weekend dengan orang tua ke taman hiburan atau sekedar bersenda gurau dengan orang tua di rumah. Hidup menjadi seorang yatim piatu bukanlah sesuatu yang patut disesali, mereka menerima semua dengan ikhlas dan lapang dada. Kegiatan di hari minggu ini lebih dari sekedar hiburan bagi mereka. Cukuplah sebagai pengganti jalan-jalan ke taman hiburan.

     Disuatu kesempatan, aku membawakan mereka bebrapa novel dan kumpulan cerpen. Kalau biasanya aku yang bercerita, kali ini aku menyuruh mereka membaca dan menceritakan apa yang mereka baca di pertemuan selanjutnya. Salah satu dari mereka dengan wajah polos bertanya.

     "Ngapo Puti disuruh maco yuk? Ayuk be yang nyeritoke isi buku ini ke kami yuk, lemak nenger ayuk cerito be.
     (Mengapa Puti disuruh membaca kak? Kakak saja yang menceritakan isi buku ini, Kami lebih suka mendengar kakak bercerita)


     Sudah kuduga, pasti mereka akan mempertanyakan hal ini.

     "Puti, selama ini kakak yang bercerita dan kalian hanya mendengar. Dalam hidup kita harus mencoba sesuatu yang baru untuk memberi warna yang berbeda dalam kehidupan, juga untuk memperkaya wawasan kita. Bukankah kakak pernah bercerita, kehidupan ini seperti kertas yang putih. Jika tidak ada warnanya tidak akan menarik, pun jika warnanya hanya itu-itu sajasama tidak menariknya. Nah, jika kakak terus yang bercerita, hanya akan ada warna itu-itu saja. di kertas. Dengan kalian membaca buku ini kemudian menceritakan ke teman-teman yang lain, akan tercipta warna baru di kertas. Dan kertas itu terlihat lebih menarik dari sebelumnya. Cobalah untuk membacanya, kalian akan suka. Dan kakak jamin ini jauh lebih menyenangkan daripada sekedar mendengar kakak yang menceritakannya."

     Puti tersenyum dan mengangguk pelan seperti sedang mendengar penjelasan tour guide saja. Tidak terlalu sulit memberikan pehaman kepada anak-anak ini. Mereka langsung memilih dan memilah buku-buku yang aku bawa. Mungkin cukup berat bagi mereka membaca buku yag isinya lebih dari 200 halaman minus gambar-gambar lucu. Salah satu temanku menyarankan untuk membawa majalah anak-anak saja, bacaan yang cocok dan pas dengan usia mereka sekarang. Tapi, aku memiliki rencana lain dengan novel-novel dan kumpulan cerpen ini.

Next Week

     "Sudah dibaco bukunyo, dek? Cakmano bagus dak? Payo siapo yang nak becerito sarini?"
     (Adik-adik, kalian sudah baca bukunya? Seru kan? Jadi, siapa sekarang yang mau cerita duluan?)

     Di luar dugaan. Luar biasa. 10 detik, 20, 30, satu menit berlalu. Tidak ada satupun dari anak-anak ini yang mengangkat tangan. #kemudianhening #semakinhening.

     Aku menghela napas panjang dan memikirkan plan B untuk mengisi kegiatan hari ini. Tidak mungkin menyuruh mereka membaca lagi, raut wajah mereka sudah menegaskan bahwa their not interesting. Oh God, kadang niat baik tidak selalu berjalan dengan baik.

     Tapi, eh.... Tunggu dulu, kenapa mata mereka sembab??




Bersambung...

You Might Also Like

0 comments: