Selepas Kau Pergi (Cerbung)

21:41 immobulus 0 Comments

Dari mata turun ke hati naik lagi ke mata ke hati lagi kemudian ke mata lagi lalu ke hati, tidak pernah berfikir waras untuk urusan ini karena tidak pernah ke otak hanya menggunakan mata dan hati.

16 Januari 2014. Seharusnya ini adalah hari bahagia bagi kami, tepatnya bagiku. Tempat ini, taman ini selalu membuat orang jatuh cinta setiap menatapnya. Falling in love at first sight. Lima tahun yang lalu ditanggal yang sama untuk pertama kalinya aku ke taman ini dan melihat dia. Dan aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Entahlah, mungkin terlalu cepat untuk menyimpulkannya. 

Lima tahun yang lalu kota ini sangat asing bagiku, aku mendapatkan beasiswa S2 setelah kompetisi yang melelahkan itu. Tepat satu bulan setelah lulus S1, aku mendapat rekomendasi dari teman untuk mengajukan beasiswa S2 di Osaka, Jepang. Aku tertarik dengan tawaran itu, sangat tertarik, itu adalah kota impianku sejak kecil. Tapi, aku lebih suka tinggal di sini, biar lebih dekat sama orang tua dan adik-adikku. Aku sangat menyayangi keluargaku lebih dari apapun. Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan studi-ku di Ibu kota negara. Lumayan dekat dari kota kelahiranku, kalau rindu sama adik-adik aku bisa langsung pulang.

Tempat yang pertama kali aku kunjungi adalah taman ini. Indah, sangat indah. Membuat siapapun jatuh cinta dengan suasana taman ini yang sangat menenangkan. Melihat bunga bermekaran, anak-anak berlarian mengejar kupu-kupu dan senja menggelayut manja di ufuk barat. Aku duduk di bangu taman, mengamati semua yang aku lihat saat itu. Ya, semuanya termasuk orang dengan wajah menyenagkan itu. Yang dia lalukan waktu itu sama seperti yang sedang aku lakukan, dia juga mengamati apapun yang dia lihat kecuali aku. 

***

Hari ini kisah ini harus usai

Setiap akhir pekan aku menghabiskan waktu di taman ini, sudah menjadi ritual sejak aku menginjakkan kaki di kota ini. Benerapa anak kecil sepertinya mulai mengenaliku. Babysitter mereka juga tidak sungkan melemparkan senyuman. Termasuk orang-orang yang jogging tiap minggu disini.


Sudah menjadi kebiasaanku membawa buku dan menulis apa saja yang aku lihat. Aku tidak terlalu suka jogging. Aku lebih suka duduk di kursi taman ini dan mengamati apa saja yang terjadi disini. Sepertinya kursi ini telah menjadi tempatku, tempat menumpahkan segala perasaan. Dan tempatku berdialog dengan diri sendiri berusaha berdamai dengan masa lalu. Semua masa lalu.



Sesekali ketika bosan duduk dan kehabisan inspirasi untuk menulis, aku berjalan-jalan di pinggir danau buatan ini. Menikmati aroma danau yang segar, menyentuh airnya. Menatap anak-anak kecil yang sibuk mengejar capung sedikit banyak membantuku berdamai dengan takdir.



"Sendirian, Mbak?" seorang laki-laki yang sedang jogging basa-basi menyapaku. Dia pura-pura mengikat kembali tali sepatunya yang tidak lepas tiga langkag di depanku. 



Aku menatap datar. Pertanyaan itu pura-pura. Seperti kebanyakan laki-laki lain yang sedang melihat wanita sendirian di tempat ini.


Bukannya aku tidak tahu, orang ini setiap minggu aku lihat jogging di taman ini. Pura-pura bertanya. Untuk apa bertanya kalau tidak ada niat mengenal lebih dekat. Sepertinya dia telah mengumpulkan keberanian untuk menyapaku hari ini. Aku sama sekali tidak berselera diajak bicara oleh siapapun.


Bersambung...

You Might Also Like

0 comments: