Kita selalu bisa memilih mana yang lebih baik

22:48 immobulus 0 Comments


Lanjutan kisah Cincin Saturnus. Tapi kali ini yang akan bercerita bukan liontin biru.
Tidak ada lagi kata bersambung diakhir cerita, yang ada kata Lanjutan seperti ini sebelum memulai cerita. Semoga kalian memaafkanku untuk kisah yang selalu bersambung tapi tidak pernah ada kelanjutannya Hahahaa.
----------------


"Gugup, Zes? Hahahaa Kamu ini seperti baru pertama kali saja". Kebiasaan Saturnus menggoda Zes, jika sudah begini mana bisa Zes menjulurkan lidahnya. "Santai saja, masih sama kok seperti tiga tahun yang lalu, tidak ada yang berubah, kamu selalu bisa menguasai keadaan". Saturnus selalu tau apa yang harus dilakukannya untuk menghadapi makhluk bernama Zes ini. 

"Aku tidak gugup, aku hanya memikirkan sesuatu".

"Berpikir? Kamu selalu memikirkan hal yang tidak-tidak, tidak berubah juga. Kita sudah sampai"

Tinnn.... Tinnn... Saturnus membunyikan klakson mobil yang berarti seseorang dibalik pagar sana harus membuka pembatas antara pekarangan rumah dan jalan umum. 

"Hey.. ayo turun, kamu mau  di mobil ini terus?"

Zes berusaha mengendalikan diri, meredam degup jantungnya yang mulai tidak beraturan. "Tapi, mama kamu sudah tau kan? Sekarang aku memanggil mamamu dengan sebutan apa? Masa' mama juga, kan kita tidak lagi..."

"Zes, ayo masuk. Lakukan saja seperti yang dulu". Saturnus berbicara lembut tapi matanya memerintah, yang artinya ucapannya harus dituruti. Saturnus menarik tangan Zes dan memasuki rumah. 

***

"Welcome back sweety..."Suara ringan dari seorang wanita yang berumur setengah abad itu sangat akrab ditelinga Zes. Senyumannya yang hangat dan segera saja setelah mengucap kata selamat datang pipi kanan dan kiri wanita itu menempel di pipi Zes. "Apa kabar sayang, sudah lama sekali kamu tidak main kesini mentang-mentang tidak ada Saturnus". Sementara Saturnus langsung menuju meja makan menghampiri papanya yang dari tadi memang telah ada disana.

Zes menampilkan senyumnya senatural mungkin, sambil menutupi rasa gugupnya. "Zes baik, ta...tante apa kabar?"

"Tante? Panggil saja mama Zes"

"Tapi, Zas dan Sat..."

"Tante tau, tidak apa-apa Zes. Putusnya hubungan kalian tidak memutuskan silaturahmi kita juga kan? Kamu sudah mama anggap seperti anak mama sendiri, kebetulan mama tidak ada anak perempuan, kamu tau itu sweety."

Zes hanya membalas kata-kata itu dengan senyuman, senyum kelegaan karena mama Saturnus sudah tau kalau hubungan mereka memang benar-benar sudah berakhir.

"Ayo kita makan, Papa dan Saturnus udah nunggu tuh".

**

Mama Saturnus sangat pandai memasak, walaupun beliau adalah wanita karir tapi itu tidak membuatnya melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Sungguh sosok istri idaman dan ibu yang sangat ideal. Dan malam ini, semua makanan yang ada di meja adalah masakan mama Saturnus.

Ruang makan adalah ruang yang paling hangat di rumah ini. Karena disinilah Mama, Papa dan Saturnus selalu bisa menghabiskan waktu bersama, menceritakan semua kejadian yang baru saja mereka alami dan hal-hal lainnya dari yang ringan sampai yang berat, ruang ini sekaligus menjadi runga pemecah masalah. Semua masalah dapat diselesaikan di meja makan. Setelah makan malam mereka akan sibuk melakukan kegiatan masing-masing. Saturnus adalah anak tunggal. Ketika dulu Zes pernah mananyakan mengapa Saturnus tidak memiliki adik, mama Saturnus menjawab dengan ringan "Karena mama dan papa tidak sempat membuatkan Saturnus adik hahahaa". Ehh jangan berpikir yang tidak-tidak ya. Maksudnya mama takut tidak sempat untuk mengurus adik Zes nantinya, mereka ingin anak mereka lahir dan tumbuh dengan kasih sayang penuh dari orang tua, tanpa kekuarangan satu apapun. 

Pemahaman yang sangat baik menurutku. Tapi, tidak ada saudara juga itu berarti hilang sebagian kasih sayang. Kasih sayang dari saudara. Hmmm setiap orang punya pemikiran yang berbeda tentang kasih sayang ini. Kita selalu bisa memilih mana yang lebih baik.

"Masakan mama selalu enak, kalau Zes tinggal disini bisa-bisa Zes jadi gentong karena makan terus hahaaa". Zes memang suka masakan mama Saturnus, terlebih karena selera mereka sama, suka sayur-sayuran dan sedikit sekali daging-dagingan.

"Bisa aja sweety, makasih yaa"

"Jangan dipuji Zes nanti mama kamu masak terus, bisa-bisa papa yang jadi gentong karena dipaksa makan terus. Kan cuma papa yang ada di rumah ini, minggu depan Saturnus kembali lagi ke paris." Kalimat dari orang yang paling disegani itu membuat Zes, Sturnus dan mama tertawa. Jika sudah digoda seperti itu mama akan mencubit manja bahu papa. Pemandangan yang indah.

Papa adalah sosok yang sangat dingin dan penuh wibawah. Tapi, jika sudah berada di tengah keluarga beliau adalah sosok yang sangat ramah dan hangat. Tidak heran banyak kolega bisnis papa sangat segan dan sangat menghormtai beliau.  

"Ada rencana ke luar negeri Zes? Kayak Saturnus, bekerja di Paris."

"Belum, pa. Zes masih nyaman di Indonesia. Lagian Zes tidak bisa jauh-jauh dari ayah dan ibu"

"Iya, Zes kan anak manja. Mana berani pergi jauh sendirian" Saturnus memotong pembicaraan Zes, dan kali ini giliran Zes yang mencubit Saturnus, dengan cubitan dalam artian sebenarnya. "Aduuhhh... anak manja kuat juga ya cubitannta hahaaa". Saturnus tidak bisa berhenti menggoda Zes.

"Papa juga sebenranya dulu tidak mengizinkan Saturnus ke Paris. Kalau ke Singapura atau Malaysia sih gak apa-apa, masih dekat dengan Indonesia dan papa juga sering bolak-balik kesana. Nah, ini anak malah mau ke Paris, sempat berdebat hebat sebelum akhirnya mengizinkan Saturnus ke Paris"

"Saturnus mau liat cewek-cewek paris, Pa. Kan cewek disana modis dan seksi-seksi, Saturnus pasti suka hahahaa." Kali ini giliran Zes yang menggoda Saturnus.

"Kamu cemburu yaa.. ayo ngaku hahahaa". Sepertinya Saturnus tidak bisa dikalahkan dalm hal goda-menggoda ini sampai membuat pipi Zes menyemburkan semburat merah, mungkin karena malu atau mungkin menaham marah.

"Tapi, sebelum ada kata setuju, ada syarat yang harus dipenuhi oleh Saturnus dan sampai sekarang syarat itu belum terpenuhi." Mama menyambung kata-kata papa.

"Apa ma?"

"Walaupun tinggal di Paris, saturnus harus menikah dengan orang Indonesia dan suatu hari nanti harus pulang dan menetap di Indonesia for good way." Mama berbicara sangat serius.

"Iya jadi kapan rencana kalian akan menikah?" Papa mengeraskan suaranya yang berarti harus ada jawaban yang serius. Hening. Semua terdiam. Tidak juga mama, tidak juga Saturnus, apalagi Zes, tidak ada yang berani menjawab.

"Hahahaaaa... Papa hanya bercanda. Kalian ini serius sekali." Papa menampakkan senyum penuh wibawahnya. Kemudian gelak tawa pecah di antara piring dan sisa makan malam.



----------------
Bukankah kita selalu bisa memilih mana yang lebih baik?  Aku giwang, yang menggantung di telinga Zes dan sangat dekat dengan otaknya. 

You Might Also Like

0 comments: