Arti sebuah nama (Ikhlas)

22:45 Unknown 0 Comments


Ya Allah, Tuhanku.
Untuk kesekian kalinya aku memohon
Untuk kesekian kalinya aku kecewa
Kenapa rencanaku seolah tidak sesuai dengan skenario-Mu.
Beri hamba hati yang ikhlas untuk menerima semua kehendak-Mu

"Zes". Kaya menyentuh pundak Zes, "Aku pernah merasakan seperti yang kamu rasakan saat ini".

"Maukah kamu menceritakan kepadaku apa yang akan terjadi setelah ini, Kaya?"

"Zes, maukah kau menceritakan kepadaku tentang rencanamu, selanjutnya?"

Zes diam sejenak, kemudian memulai bicaranya. "Aku tidak tahu, Kaya. Aku terlampau kecewa, ahh tidak. Aku tidak boleh kecewa. Tapi, gagalnya rencanaku telah membuat kacau hatiku".

Kaya menyimak curahan hati Zes. "Kadang kita memang ditunjukkan jalan yang pahit agar kita tahu rasanya manis".

"Iya, aku telah menerima pahit itu. 2014 adalah tahun impianku, tahun yang penuh rencana-rencana indah, tahun perbaikan setelah aku melewati kegelapan". Zes menarik napas sejenak, "Rasanya resolusiku yang tercapai hanya wisuda."

"Bukankah itu hal yang luar biasa, impianmu kan Zes?"

"Tidak juga, aku memang menargetkan wisuda tahun ini. Kau tahu kaya, itu bukan impianku sebenarnya. Itu kulakukan demi orang tuaku. Aku punya mimpi yang lain". Zes kembali menarik napas, kemudian melanjutkan bicaranya. "Kau tahu, aku tidak suka keramaian, termasuk sejenis perayaan seperti graduation. Tapi, melihat orang tuaku bahagia, itu anugrah terindah yang bisa aku lihat."

"Lalu, apa masalahnya Zes?"

"Uumm". Zes sedang memikirkan sesuatu, "Aku mempunyai keyakinan, gelar sarjanaku belum sah jika ilmu yang aku dapat belum aku aplikasikan, jika aku belum memberikan sesuatu, jika aku belum melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk banyak orang."

"Lalu?"

"Lalu, aku belum merasa menjadi sarjana jika impianku yang satu ini belum tercapai. Kaya, aku bahkan telah memimpikan ini sejak semester 4".

"Apa itu? Ceritakan padaku, Zes".

"Tapi janji ya, jangan tertawa".

"Ok". Kaya mengangguk.

"Mimpiku adalah. Hahaa, mungkin aku tidak cukup pintar sehingga aku belum memiliki kesempatan. Atau mungkin orang yang aku mintai pertolongannya meragukan kemampuanku".

"Maksudmu?"

"Umm, aku sedang merencanakan sesuatu. Aku sedang memperbaiki dan mengembangkan skripsi yang aku buat dengan harapan dapat memberikan manfaat, ya minimal bisa dijadikan acuan dan pedoman untuk pengembangan aplikasi selanjutnya. Tapi..."

"Tapi?"

"Hanya mimpi. Seperti yang aku katakan tadi, seseorang yang aku mintai bantuannya mungkin meragukan kemampuan dan kesungguhanku". Kali ini suara Zes lebih serius, "Dia berjanji akan membantuku. Tapi, hanya janji. Hal yang menyakitkan adalah ketika aku mengabarkan perkembangan aplikasiku dan menanyakan sesuatu, aku diabaikan."

"Mungkin dia sibuk, Zes".

"Iya, dia memang orang sibuk. Kesalahanku. Seharusnya aku tidak berharap terlalu jauh". Mata Zes mulai mengeluarkan air.

"Aku mengerti, Zes".

"Aku juga memimpikan bisa berpartisipasi dalam konferensi internasional. Desember 2014 itu targetku. Aku ingin menutup tahun ini dengan sesuatu yang luar biasa. Tapi, itu juga sepertinya hanya akan jadi angan saja. Aku belum menemui titik terangnya". Air mata Zes mulai deras mengaliri pipinya.

"Kamu harus sedikit lebih sabar, Zes".

"Tidak, Kaya. Mungkin sekarang saatnya aku mengikhlaskan mimpiku. Tidak ada yang mau membantuku lagi. Mungkin memang bukan jalan-Nya. Aku hampir lelah, belasan emailku tidak dibalas, puluhan chating juga bernasib sama. Aku diabaikan. Semakin ditagih aku dibilang egois".

"Jangan melibatkan perasaan untuk sesuatu yang logis, Zes".

"Sudah lama aku melupakannya Kaya, melupakan perasaan itu, membunuhnya tiap perasaan itu datang, menikam hatiku setiap detik. Aku hanya fokus pada mimpi itu, sungguh hanya itu."

"Bersabarlah, Zes. Lupakan jika kamu ingin melupakanya, bebaskan dirimu. Mimpimu yang lain menunggu". Kaya berusaha menenangkan, "Ikhlas adalah kunci utamanya, tulus menerima semua dengan lapang dada tanpa menyalahkan siapapun".

Zes hanya menangis, tangisan kekecewaan. Mimpinya menguap bersama embun pagi.

"Mau kuberi tahu sesuatu, Zes. Salah satu malaikat memberi tahuku tentang arti sebuah nama, dan 22 tahun yang lalu sepasang suami istri memberi nama anaknya dengan nama yang sangat indah, nama itu diambil dari bahasa Arab, aku lupa namanya tapi seingatku arti nama itu adalah TULUS. Kau tahu, Zes. Itu adalah namamu."

You Might Also Like

0 comments: