Aku mendapatkan jawaban

16:58 Unknown 0 Comments

Sore yang indah, ketika matahari mempersiapkan diri untuk pergi dari kaki langit, bulan bersiap-siap mempercantik diri menemani malam dan hembusan angin menggiring awan untuk mempersilahkan bintang membentuk formasinya.

Zes kecil berlari-lari mengejar capung di taman. Sudah menjadi jadwal rutin bagi Zes, sehabis mandi sore ia minta ditemani pengasuhnya jalan-jalan sore di taman.

Tentu saja, senjata ampuh milik anak kecil seusia Zes adalah rengekannya. Ia merengek-rengek pada pengasuhnya agar segera pergi ke taman. Kontan saja pengasuhnya menuruti keinginan Zes, kalau tidak dituruti rengekannya semakin kencang dan dia akan ngambek semalaman sampai matahari sore berpamitan lagi.

Rupanya selain menangkap capung, Zes juga suka bermain dengan teman barunya Chila. Sudah sekitar satu bulan mereka berteman. Namun ada yang aneh, sore itu tidak kelihatan wajah Chila di taman. Zes merasa sangat kecewa.

"Tak, Chila mana ya", Zes bertanya pada pengasuhnya. Zes memanggil pengasuhnya dengan sebutan Tak yang seharusnya Kakak.

"Tatak gak tau Zes", mungkin Chila sakit atau sedang malas main di taman.

Zes kecewa tidak bisa bermain bersama Chila lagi, keesokan sore Zes masih tidak menemukan Chila. Besok, besok dan besok. Zes masih berharap Chila datang lagi, bermain lagi bersamanya dan menangkap capung yang tidak pernah tertangkap.

"Tak, Chila kemana ya, Chila marah ya sama Zes?", Zes bertanya lagi kepada pengasuhnya dengan pertanyaan yang sama. Pengasuhnya bosan, selalu dihujani dengan pertanyaan yang sama dan rengekkan yang sama tiap sorenya.

Sampai akhirnya pengasuhnya menemukan jawaban.

"Chila pindah, Zes. Kemarin mamanya cerita sama kakak".

"Pindah kemana? Kenapa Chila gak bilang sama Zes".

"Chila pindah ke kota lain tempat neneknya tinggal. Kata mamanya Chila, Chila nitip salam buat Zes, kata Chila, Zes jangan sedi lagi nanti kapan-kapan Chila main lagi kesini", pengasuh Zes berusaha memberi pengertian dan meyakunkan Zes.

"Oh, gitu ya Tak"

"Iya, makanya sekarang Zes jangan sedih lagi, nanti kan bisa ketemu lagi sama Chila".

Zes pun tersenyum dan kembali riang seperti biasa.

Empat belas tahun kemudian Zes baru tau cerita sebenarnya. Chila memang pindah tapi bukan ke kota lain, melainkan ke tempat lain yang lebih damai, Surga. Zes juga sadar tertanya waktu itu pengasuhnya berbohong agar Zes tidak merengek-rengek lagi menanyakan pertanyaan yang sama tiap sore, juga agar Zes bersemangat lagi bermain.

Kejadian itu terulang lagi sembilan belas tahun kemudian. Seseorang yang sangat penting tiba-tiba menghilang. Zes tidak tau apa alasan orang penting itu tiba-tiba memutuskan komunikasi.

Baru tadi sore Zes mendapatkan jawabannya. Tapi, aneh bagi Zes. Alasan orang itu berbeda dari kemarin ketika Zes menanyakan hal yang sama. Kemarin jawabannya agak tidak mengenakkan. Tapi, hari ini jawabannya lebih baik, lebih manusiawi mungkin.

Satu hal penting yang Zes dapat. Bahwa orang itu menjawab sesuai dengan keinginan Zes, bukan keadaan sebenarnya. Dan ini lebih menyakitkan ketika mengetahui kalau Zes diperkalukan seperti anak umur 3 tahun, sama seperti Zes kecil.

Orang penting itu nelakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pengasuh Zes dahulu. Hanya untuk menyenangkan hati Zes. Berbohong dengan harapan Zes bisa bersemangat lagi melakukan aktivitas seperti biasa. Padahal bukan itu sebenarnya yang diinginkan Zes. Zes hanya ingin kejelasan, keterbukaan, kejujuran. Walaupun memang sakit mendengarnya. Tapi itu lebih baik daripada kebohongan yang indah.

Jujurlah.

You Might Also Like

0 comments: