Sempurna

22:20 immobulus 2 Comments

Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku lengkapi diriku
Sayangku kau begitu sempurna......

Pasti kenal dengan potongan lirik lagu ini. “Sempurna” yang dipopulerkan oleh Anda and the BackBone. Tapi, saya lebih suka versi gitagut heee...

But, kali ini saya g ngebahas Andra and the BackBone atau gitagut ya. Saya, akan membahas s-e-m-p-u-r-n-a.
Seberapa pentingkah kesempurna untuk kalian? Atau sesempurna apa diri kalian?
Tidak ada manusia yang sempurna. Kalimat ini sangat familiar dan kalian pasti sependapat dengan kalimat tersebut. Tapi, kalau manusia perfeksionis? Kalian pasti pernah melihatnya, mungkin orang tua kalian, saudara, teman, pacar, guru, atau mungkin diri kalian sendiri.

Well, saya juga mengenal orang ini. Orang dengan tingkat perfeksionis yang agak tidak masuk akal menurut saya. Selain perfeksionis dia juga sangat keras kepala dan egois. Dan semoga saya salah dengan statement ini.

Ketika masih berumur tiga tahun, anak ini mulai menunjukkan tabiat keras kepalanya. Dia memaksa orang tuanya untuk mendaftarkan dirinya ke sekolah taman kanak-kanak. Alasannya, dia bosan terus menerus tinggal di rumah dengan pengasuh, walau kadang dia diajak ibunya ke sekolah tempat ibunya mengajar, tetap saja tidak bisa menghapus kebosanannya.


Sempurnalah anak ini masuk sekolah pertamanya. “Dia anak yang cerdas” kalimat itu yang dikatakan guru TK-nya ketika Ibu anak ini menanyakan bagaimana sikap anaknya ketika sedang belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya. Dia dengan sempurna mempraktikkan semua yang diajarkan oleh gurunya. Menggambar, mewarnai, bernyanyi. Terbukti dengan berbagai perlombaan yang dia menangkan.  Jangan dipikir dia anak yang manis dan penurut. Dia tipikal anak yang pemberontak, suka melakukan eksperimen yang membuat gurunya khawatir, dia juga suka menjahili teman-temannya sampai menangis.

Di rumah, anak ini seperti gasing. Tidak bisa diam. Melakukan berbagai eksperimen yang tidak jarang membuat orang tuanya jengkel  Hahaaaa. Dia paling suka melakukan hal-hal yang dilarang orang tuanya. Semakin dilarang dia semakin penasaran. Katanya untuk membuktikan apakah orang tuanya berbohong atau tidak. Seperti dilarang orang tuanya menyentuh colokan listrik nanti bisa pingsan.  Kurang 2x24 jam dia melakukannya dan bisa ditebak apa yang terjadi. Dia kesetrum hahaa... dan hebatnya dia berkata “Ah cuma sakit dikit doang kayak digigit semut, gak nyampe pingsan”. Sangat keras kepala.

Bahkan keras kepala ini sudah terlihat ketika dia berumur enam bulan. Dia melakukan eksperimen menabrakkan diri ke lemari kaca. Alhasil sempurnalah 12 jahitan menyatukan robekan di kepalanya. Ketika umur satu tahunan, dia belajar berjalan dan mencoba berlari menghampiri pamannya yang sedang merokok. Sempurn, rokok menempel di pipinya dan meninggalkan bekas yang sampai sekarang masih bisa dilihat di pipinya. Masih diumur satu tahunan, dia melakukan eksperimen menjepitkan jari ke pintu yang membuat kuku telunjuknya tumbuh tidak sempurna sampai sekarang. Berlanjut umur lima tahun dia memanjat bangunan rumah yang belum jadi. Dia terjatuh dan sempurna potongan balok kayu yang runcing menancap dibetisnya dan lagi-lagi bagian tubuhnya dijahit.
  
Memasuki bangku sekolah dasar, anak ini juga sempurna menciptakan goresan-goresan merah ditubuhnya, selalu membuat orang tuanya khawatir. Anak ini juga seorang provokator yang handal, dia menghasut teman-temannya untuk bermain sepeda di jalan raya, kebut-kebutan dan melakukan atraksi seperti bersepeda tanpa memegang setang. Dia juga tipikal anak yang tidak cepat puas, ketika memanjat pohon dia tidak puas hanya dengan memanjat saja, dia bahkan mencapai dahan tertinggi di pohon dan melakukan atraksi seperti monyet. Sangat aneh.

Tuntutan kesempurnaannya juga terlihat di sisi akademik. Dia dengan sempurna menyandang ranking 1 di sekolah dasar dan sekolah menengahnya. Dan untuk selanjutnya, kesemputnaan akademiknya turun perlahan, ada faktor X. Belakangan saya dengar dia tidak melakukannya (belajar) dengan sepenuh hati karena disiplin ilmu yang dia jalani tidak sesuai dengan keinginannya.

Ingin semua terlihat sempurna. Dia bahkan melihat semua hal dengan detail. Pernah waktu SD dia sangat marah karena bajunya kotor. Bukan kotor karena bermain atau dijahili teman. Tapi, karena mbak-mbak yang mencuci baju tidak bersih mencuci bajunya. Akhirnya keesokan harinya di hari minggu dia “memandori” pembantunya, memastikan semua pekerjaan pembantu itu sempurna. Agak ekstrim kalau menurut saya. bisa dibayangkan bagaimana perasaan pembantu itu dimandori sepanjang hari. Sangat egois.

Ada yang lucu juga dari sifat perfeksionisnya. Ini agak aneh menurut saya. dia suka memasangkan benda-benda . Terlihat dari pernak-pernik di kamarnya  yang hampir semuanya berpasang-pasangan. Kalau ada benda yang tidak ada pasangannya dia akan menyingkirkan atau mencarikan pasangan untuk benda itu.

Sekarang anak ini sudah beranjak dewasa dan sifat perfeksionisnya masih jelas terlihat. Sebelum berangkat kuliah dia memastikan semuanya sempurna versi dia. Tidak ingin ada celah pada penampilannya. Sebab, kalau hal itu terjadi, bisa-bisa dia badmood sepanjang hari sampai matahari bersembunti.

Oh iya, saya hampir lupa dibagian ini. Dia sangat perfeksionis untuk tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Ketika masih berumur 9 tahun, pernah dia disuruh ibunya masak air. Dia sangat detail menanyakan hal-hal untuk masak air, seperti berapa banyak air dimasak, memakai apa, berapa suhu kompornya dan berapa lama airnya matang. Tapi sayang, dia mewarisi sifat ayah dan ibunya yang sangat pelupa. Sifat pelupanya juga sangat sempurna. Dia lupa kalau lagi masak air. Teko untuk masak air sempurna kering dan menghitam. Takut dimarah ibu, dia mencuci teko itu dengan sempurna menghabiskan 60 menit lebih. Alih-alih dimarahi, dia malah dipuji karena tekonya sempurna mengkilat seperti baru. Hahaaaa.

Untuk tugas-tugas sekolah anak ini juga sangat perfeksionis. Dia tidak ingin ada yang salah pada tugasnya. Salah meletakkan tanda titik saja dia langsung menganti kertas dan menulis ulang tugasnya. Dan untuk urusan ini dibawanya sampai ke bangku kuliah.

Pada saat mengerjakan tugas akhir, dia hampir stres karena ulah perfeksionisnya sendiri. Dia ingin aplikasi  yang dibuatnya sempurna. Ya mana adalah aplikasi yang sempurna. Bahkan raksasa Google pun masih ada celah. Untuk urusan interface aplikasi, anak ini menghabiskan tidak kurang dari dua minggu hanya untuk memikirkan desain, warna, dan ukuran tampilannya. Sempurna dia menghabiskan tenaga dan pikirannya hanya untuk urusan interface sampai mengabaikan kewajiban yang lain.

Next, Laporan skripsi. Terlihat betapa keras kepalanya anak ini. Sering terjadi pertengkaran kecil dengan rekannya karena hal-hal sepele. Seperti rekannya lupa menulis nama gambar, posisi tabelnya salah, kaimat-kalimatnya tidak indah menurut versi dia. Untuk urusan sekecil itu saja dia bisa marah-marah tanpa pikir panjang apakan nanti rekannya ini akan kecewa atau sakit hati. sungguh tidak berperasaan, bicara baik-baikkan bisa. Jangan marah-marah neng.

Dia menginginkan tugas akhirnya sempurna, sampai-sampai pernah satu kali enam hari dalam seminggu dia ke menghadap dosen pembimbingnya untuk konsultasi , yang jadwal seharusnya adalah dua kali seminggu. Mungkin dosennya bosan dan jengkel denga tingkah perfeksionis anak ini. Dia bahkan suka menanyakan pertanyaan yang sama ketika bimbingan hanya untuk memastikan semua berjalan dengan sempurna.

Perfeksionis boleh, tidak dilarang, malah dianjurkan. Tapi, jangan sampai seperti anak ini. Lihatlah semua tingkahnya, lebih banyak negatifnya. Karena perfeksionis dia jadi egois, keras kepala dan kadang tidak berperasaan.

Kita adalah makhluk sosial. Ingat itu. Perhatikan orang-orang disekeliling kalian. Jika perfeksionis itu mengganggu mereka dan membuat mereka kurang nyaman, kurangilah. Kecuali jika kalian hidup sendirian di dunia ini, terserah kaliah mau membuat apa saja terlihat sempurna versi kalian.



You Might Also Like

2 comments: